Jakarta (ANTARA) – Buta warna merupakan gangguan penglihatan yang membuat penderitanya tidak mampu melihat atau membedakan warna secara normal. Kondisi ini bersifat seumur hidup dan sering kali tidak terdeteksi pada anak-anak, karena mereka belum menyadari bahwa persepsi warna mereka berbeda dari anak-anak lainnya.
Secara umum, buta warna terbagi menjadi dua jenis, yakni buta warna parsial (kesulitan membedakan warna tertentu) dan buta warna total (tidak dapat membedakan seluruh warna). Meski tidak mengancam jiwa, buta warna dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, khususnya dalam proses belajar dan aktivitas sehari-hari.
Penyebab buta warna bervariasi. Gangguan ini umumnya terjadi akibat kerusakan atau tidak berfungsinya sel kerucut di retina mata. Sel kerucut berfungsi mendeteksi tiga pigmen warna utama, yakni merah, hijau, dan biru. Ketidakmampuan mengenali salah satu atau lebih dari warna tersebut menyebabkan terjadinya buta warna.
Baca juga: Buta warna pada anak: Tanda, jenis, dan kapan harus periksa ke dokter
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan buta warna antara lain:
1. Faktor keturunan
Merupakan penyebab paling umum. Buta warna akibat faktor genetik biasanya diturunkan dari ibu kepada anak laki-laki.
2. Penyakit tertentu
Sejumlah penyakit dapat merusak sel penglihatan, seperti anemia sel sabit, diabetes, glaukoma, penyakit Parkinson, degenerasi makula, hingga leukemia.
3. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan untuk penyakit autoimun, gangguan saraf, tekanan darah tinggi, dan beberapa kondisi psikologis juga berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan warna.
Baca juga: 7 jenis gangguan penglihatan: Kenali penyebab dan cara mengatasinya
Cara mengobati buta warna pada anak
Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan yang benar-benar menyembuhkan buta warna yang disebabkan oleh faktor keturunan. Namun, sejumlah metode dapat membantu anak agar tetap dapat menjalani aktivitas dengan baik dan mandiri. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Menggunakan pencahayaan yang optimal
Penerangan yang cukup dapat membantu anak membedakan warna dengan lebih jelas, terutama saat belajar atau memilih benda berdasarkan warna.
2. Menggunakan alat bantu khusus
Lensa kontak atau kacamata khusus yang dirancang untuk penderita buta warna dapat membantu meningkatkan persepsi warna. Alat ini bekerja dengan cara menyaring panjang gelombang cahaya tertentu.
3. Mengandalkan ingatan warna dan pola
Anak dapat dilatih untuk mengenali urutan atau pola warna tertentu, seperti pada lampu lalu lintas (merah-kuning-hijau), atau menghafal warna benda sehari-hari.
4. Menggunakan bantuan orang lain
Dalam beberapa situasi, anak dapat meminta bantuan keluarga atau teman untuk membedakan warna, misalnya saat memilih pakaian atau peralatan sekolah.
5. Memanfaatkan teknologi
Saat ini telah tersedia berbagai aplikasi ponsel dan perangkat digital yang dapat membantu mengidentifikasi warna objek secara akurat. Aplikasi ini sangat bermanfaat untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan penglihatan warna.
Baca juga: Kelebihan dosis viagra dapat merusak mata
Terapi gen: Harapan baru untuk masa depan
Selain metode adaptasi di atas, para peneliti juga tengah mengembangkan terapi gen untuk mengatasi buta warna, terutama yang bersifat total. Terapi ini bertujuan untuk menambahkan gen yang berperan dalam persepsi warna ke dalam sel kerucut mata.
Studi awal menunjukkan bahwa terapi gen pada hewan maupun manusia dapat meningkatkan kemampuan membedakan warna. Meski masih dalam tahap penelitian, terapi ini menjadi salah satu solusi jangka panjang yang menjanjikan untuk masa depan.
Lakukan pemeriksaan
Orang tua disarankan segera berkonsultasi ke dokter mata jika mendapati anak mengalami kesulitan dalam membedakan warna. Tes buta warna, seperti tes Ishihara, dapat membantu menegakkan diagnosis. Semakin cepat diketahui, semakin baik pula adaptasi yang bisa dilakukan anak dalam proses tumbuh kembangnya.
Baca juga: Kenali tanda-tanda buta warna pada anak dan cara menanganinya
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025