Jakarta (ANTARA) – Hubungan dengan orang tua seharusnya menjadi tempat paling aman untuk pulang. Namun, tidak semua anak merasakan hal itu. Ketika orang tua justru memberikan tekanan emosional, merendahkan, atau bahkan mengabaikan perasaan anak, situasi tersebut bisa sangat menyakitkan dan membingungkan.
Itulah yang disebut toxic parents. Jika kamu salah satu yang mengalaminya, penting untuk tahu bahwa kamu tidak sendirian. Berikut delapan cara bijak yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi situasi tersebut dengan lebih sehat dan tegas.
Baca juga: 8 ciri parenting yang membuat anak berpotensi tumbuh jadi orang sukses
8 cara mengatasi toxic parents
1. Akui dan hargai perasaanmu
Langkah awal yang penting adalah menyadari bahwa apa yang kamu rasakan itu valid. Kamu berhak merasa kecewa, sedih, atau lelah. Jangan biarkan siapa pun, termasuk orang tua sendiri, membuat meragukan perasaan yang kamu alami.
2. Buat batasan yang sehat
Menetapkan batasan bukan berarti kamu tidak hormat. Justru itu adalah bentuk perlindungan diri. Misalnya, kamu bisa mengatur waktu pertemuan, memilih topik pembicaraan, atau membatasi komunikasi ketika dirasa perlu. Sampaikan dengan cara yang tenang dan tegas.
3. Jangan terjebak untuk mengubah mereka
Banyak orang berharap orang tuanya bisa berubah menjadi lebih baik. Tapi pada kenyataannya, kamu tidak bisa mengontrol sikap dan cara pikir orang lain. Yang bisa kamu lakukan adalah mengelola dirimu sendiri, termasuk cara merespons dan menjaga emosi tetap stabil.
4. Komunikasi secara terbuka dan taktis
Jika kamu merasa cukup kuat secara emosional, cobalah ajak bicara orang tuamu dengan lembut dan jujur. Pilih waktu yang tepat, sampaikan perasaanmu dengan bahasa yang tidak menyalahkan. Terkadang, mereka tidak menyadari bahwa tindakan mereka menyakiti Anda.
Baca juga: 5 tips bagi ayah bunda pekerja urus pekerjaan rumah tangga tanpa ART
5. Jaga jarak saat situasi memanas
Ketika suasana mulai tidak kondusif, kamu bisa memilih untuk berhenti sejenak, mengalihkan topik, atau meninggalkan ruangan. Ini bukan bentuk pelarian, melainkan cara sehat untuk menghindari konflik yang bisa semakin meluas.
6. Luangkan waktu untuk merawat diri
Di tengah tekanan emosional yang berat, jangan lupa untuk mencintai dirimu sendiri. Lakukan aktivitas yang kamu sukai, seperti jalan-jalan, menulis, mendengarkan musik, atau sekadar beristirahat. Perawatan diri adalah bentuk pemulihan mental yang penting.
7. Bangun sistem dukungan
Kamu tidak harus menanggung semuanya sendirian. Bercerita kepada sahabat, saudara, atau profesional seperti psikolog bisa sangat membantu. Mendapatkan dukungan dari luar akan membuat Anda merasa lebih kuat dan tidak sendirian dalam menghadapi situasi ini.
8. Kurangi kontak jika sudah tidak sehat
Jika hubungan dengan orang tua semakin menyakitkan dan batasan terus diabaikan, mungkin sudah saatnya untuk mengambil jarak. Bahkan jika perlu, kamu bisa memilih hidup mandiri. Ini bukan keputusan yang mudah, tapi kadang dibutuhkan demi menyelamatkan dirimu sendiri.
Baca juga: 8 keutamaan single parent dalam Islam: Penghargaan dan pahala besar
Mengapa ini penting
Pola asuh yang toxic bisa meninggalkan luka jangka panjang. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini kerap merasa rendah diri, tidak percaya pada kemampuan sendiri, dan sulit membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Menghadapi toxic parents bukan berarti kamu harus membenci atau memutus hubungan. Ini tentang menjaga kesehatan mental sambil tetap menunjukkan sikap hormat. Dengan mengenali perasaan, membuat batasan yang sehat, merawat diri, dan mencari dukungan, Anda bisa melalui semuanya dengan lebih kuat.
Jika Anda merasa situasi sudah tidak tertangani, jangan ragu untuk meminta bantuan dari tenaga profesional. Kesehatan mental sangat berharga, dan Anda tidak sendirian. Mencari bantuan adalah langkah berani untuk mencintai diri sendiri dan membangun masa depan yang lebih sehat secara emosional.
Baca juga: Dampak baik dan buruk kebiasaan tidur dengan anak
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.