Gaya Hidup

Arti Rojali dan Rohana, istilah yang viral & jadi sorotan di medsos

×

Arti Rojali dan Rohana, istilah yang viral & jadi sorotan di medsos

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh kemunculan dua istilah unik yang sering terdengar di pusat perbelanjaan, ‘Rojali dan Rohana’. Istilah-istilah ini menjadi perbincangan hangat karena dianggap mewakili perilaku masyarakat yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Keduanya mencuri perhatian warganet karena dinilai menggambarkan fenomena yang sering terjadi namun jarang disadari. Ungkapan ini kemudian menjadi viral dan banyak digunakan dalam berbagai konten, mulai dari meme hingga video singkat, sebagai bentuk sindiran sosial yang menggelitik.

Berikut penjelasan makna dari istilah ‘Rojali dan Rohana’ yang belakangan ini tengah menjadi sorotan dan viral di pusat perbelanjaan.

Baca juga: Festival Jakarta Great Sale 2025 bidik Rp15,5 triliun transaksi ritel

Apa itu Rojali?

Rojali adalah singkatan dari “rombongan jarang beli”. Istilah ini merujuk pada sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan dalam jumlah besar, namun hanya berjalan-jalan, melihat-lihat, berfoto, atau menikmati fasilitas tanpa melakukan transaksi pembelian.

Berikut beberapa ciri umum pengunjung yang disebut sebagai Rojali:

• Datang bersama teman atau keluarga dalam jumlah banyak.

• Menghabiskan waktu lama di area publik seperti food court, lorong mal, atau spot foto.

• Tidak melakukan pembelian, hanya bertanya-tanya atau melihat-lihat barang.

• Menggunakan fasilitas gratis seperti Wi-Fi, pendingin ruangan, atau tester produk.

• Sering merekam konten untuk media sosial tanpa berinteraksi dengan tenant.

Fenomena ini dianggap cukup mempengaruhi omzet pedagang dan pelaku usaha di pusat perbelanjaan. Meski jumlah pengunjung tampak tinggi, angka penjualan tidak selalu sebanding karena banyak yang sekadar hadir tanpa belanja.

Baca juga: Deretan 12 mall terbesar di Indonesia

Bagaimana dengan Rohana?

Rohana adalah istilah yang muncul sebagai pasangan dari Rojali. Meskipun belum ada makna resmi yang disepakati, istilah ini mulai digunakan oleh warganet dengan beberapa penafsiran kreatif.

Beberapa dugaan arti dari Rohana yang beredar di media sosial antara lain:

• Rombongan hanya nanya-nanya.

• Rombongan hanya narsis.

• Rombongan hanya nongkrong saja.

Tidak seperti Rojali yang sudah sering disebut dalam berbagai unggahan dan artikel media, istilah Rohana masih dalam tahap berkembang. Artinya belum baku dan bisa berubah tergantung konteks penggunaannya.

Mengapa fenomena ini menarik perhatian?

Fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan realita masyarakat perkotaan masa kini. Di tengah tekanan ekonomi dan kebutuhan hiburan murah, banyak orang memilih menghabiskan waktu di mal tanpa harus mengeluarkan uang.

Beberapa alasan mengapa perilaku ini semakin umum:

• Mal dianggap sebagai ruang publik yang nyaman, aman, dan sejuk.

• Banyak spot foto Instagramable yang bisa diakses gratis.

• Pengunjung ingin sekadar bersantai tanpa harus belanja.

Adanya tren konten media sosial yang memotivasi orang untuk datang dan merekam momen di tempat umum.

Baca juga: 5 mall terbesar dan populer di Bekasi 2025, tempat belanja dan hiburan

Tanggapan pelaku usaha dan publik

Pihak pengelola pusat perbelanjaan mulai menyadari tren ini. Beberapa strategi yang dipertimbangkan untuk mengatasi pengunjung bertipe Rojali dan Rohana antara lain:

• Membuat area interaktif yang tetap menghasilkan transaksi, seperti photo booth berbayar atau minigames berhadiah.

• Memberikan promo khusus untuk pengunjung yang membuktikan telah belanja.

• Meningkatkan daya tarik tenant dengan kolaborasi bersama kreator konten.

• Memantau data pengunjung secara digital untuk mengetahui rasio pembeli dan non-pembeli.

Sementara itu, di media sosial, respons masyarakat cukup beragam. Ada yang menilai istilah ini sebagai kritik jenaka terhadap gaya hidup “nongkrong tapi irit”, namun ada juga yang menganggapnya sebagai cerminan kondisi ekonomi yang kian menantang.

Dengan demikian, istilah seperti Rojali dan Rohana mungkin terdengar ringan dan jenaka, tetapi sesungguhnya mencerminkan realitas sosial yang menarik untuk diperhatikan. Ungkapan-ungkapan ini muncul dari kebiasaan yang sering terjadi di masyarakat, khususnya di lingkungan pusat perbelanjaan.

Meski terkesan lucu, fenomena ini menjadi penanda perubahan perilaku konsumen yang patut dicermati secara serius oleh pelaku usaha dan pemerhati sosial. Memahami tren semacam ini dapat membantu dalam merancang strategi pelayanan dan komunikasi yang lebih relevan dengan kebiasaan konsumen masa kini.

Baca juga: Festival belanja dongkrak promosi produk kerajinan Jakarta Utara

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

liburan ke jepang bang opang ini pun terwujud berkat hujan wild mahjong waysberhasil untung 100juta dari mahjong wins mas anto semakin yakin pakai tombol gacorslot gacor