Jakarta (ANTARA) – Kebaya merupakan salah satu pakaian tradisional Indonesia yang telah mengalami perjalanan panjang dalam lintasan sejarah dan budaya. Dikenal sebagai busana perempuan dari daerah Jawa, kebaya kini telah berevolusi menjadi bagian dari mode modern yang tidak hanya lekat dengan nilai tradisional, namun juga mencerminkan identitas perempuan Indonesia di era kini.
Pada masa lampau, kebaya dikenakan oleh perempuan dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa. Dalam berbagai acara resmi, kebaya biasanya dipadankan dengan kain panjang bercorak batik, dipermanis dengan aksesori seperti peniti, sanggul rambut, anting, cincin, kalung, gelang, hingga kipas tangan. Sementara itu, untuk keseharian, kebaya tampil lebih sederhana dengan hanya mengenakan kemben, stagen, dan kain panjang.
Sejarah mencatat, kebaya telah hadir sejak abad ke-15 hingga ke-16, dengan pengaruh dari berbagai budaya. Kata “kebaya” berasal dari bahasa Arab kaba (berarti pakaian), bahasa Portugis cabaya (tunik), serta pengaruh budaya Tiongkok. Pada masa penjajahan Belanda, perempuan Eropa bahkan menjadikan kebaya sebagai pakaian resmi.
Transformasi kebaya semakin terlihat seiring waktu. Di era awal abad ke-20, kebaya mulai dikenakan oleh perempuan keturunan Tionghoa dan Belanda sebagai busana harian. Model kebaya pun berkembang, dari yang berbentuk tunik panjang menutup leher dan lutut, menjadi kebaya encim yang lebih ramping dengan bordiran khas.
Baca juga: 50 link twibbon gratis untuk peringati Hari Kebaya Nasional 2025
Masuk era 1800-an, kebaya mengalami diferensiasi menurut kelas sosial. Bangsawan mengenakan kebaya dari bahan sutera, beludru, atau brokat, sementara perempuan Belanda dan keturunan Eropa menggunakan katun halus dengan potongan lebih pendek. Di sisi lain, masyarakat biasa mengenakan kebaya berbahan katun tenun dengan harga yang lebih terjangkau.
Masa kejayaan kebaya kembali muncul pada awal tahun 2000-an. Para perancang busana tanah air mulai mengembangkan kebaya modern dengan sentuhan kontemporer. Kebaya tidak lagi dianggap sebagai busana kuno, tetapi tampil elegan dan modis dengan penggunaan bahan-bahan mewah seperti sutera organdi, kain lace, shantung, serta tenunan dari serat alam seperti nanas dan pisang.
Beberapa desain kebaya bahkan menggabungkan elemen logam, kristal, manik-manik, hingga kerang, menjadikannya busana yang semakin mewah dan artistik. Ragam jenis kebaya pun semakin banyak, mulai dari kebaya encim, kebaya kutu baru, hingga kebaya kartini, yang masing-masing memiliki ciri khas desain dan filosofi tersendiri.
Di tengah perkembangan zaman, kebaya terus menunjukkan daya adaptasinya dalam dunia fashion modern. Tidak hanya dikenakan dalam acara pernikahan atau seremoni kenegaraan, kebaya kini juga hadir dalam keseharian masyarakat urban melalui gerakan “Selasa Berkebaya” yang mengajak perempuan Indonesia untuk melestarikan budaya dengan mengenakan kebaya setiap hari Selasa.
Baca juga: Bangga Berkebaya Prambanan perkuat peran wanita lestarikan budaya
Kebangkitan kebaya di kalangan generasi muda turut ditopang oleh peran media sosial. Selebriti, influencer, hingga tokoh publik kerap mengenakan kebaya dalam berbagai kesempatan dan mengunggahnya ke platform digital, membuat kebaya semakin populer di kalangan milenial dan Gen Z. Inisiatif ini menjadikan kebaya tak hanya sebagai simbol masa lalu, tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup modern.
Kini, kebaya telah diusulkan dan diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, berkat kerja sama lima negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand. Pengakuan ini sekaligus menegaskan posisi kebaya sebagai identitas budaya yang melampaui batas negara dan generasi.
Kebaya bukan lagi sekadar pakaian tradisional, melainkan lambang dari nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kelembutan, dan kepatuhan. Evolusi kebaya dalam industri mode membuktikan bahwa warisan budaya dapat terus hidup dan berkembang selaras dengan semangat zaman, tanpa kehilangan akar budayanya.
Dengan semakin banyaknya generasi muda yang bangga mengenakan kebaya, harapan akan lestarinya warisan budaya Indonesia pun tetap menyala. Kebaya telah menjadi simbol kecintaan pada budaya bangsa, sekaligus inspirasi dalam dunia fashion modern yang dinamis dan terus berubah.
Baca juga: Kebaya sebagai busana tanpa sekat sosial untuk semua kalangan
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.