Gaya Hidup

Masuk angin vs penyakit medis: Perbedaan gejala dan cara penanganan

×

Masuk angin vs penyakit medis: Perbedaan gejala dan cara penanganan

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Meski sering dianggap sepele, keluhan masuk angin sebetulnya bisa menjadi tanda awal dari berbagai kondisi medis yang lebih serius. Istilah ini bukanlah diagnosis medis resmi, melainkan sekumpulan gejala seperti meriang, mual, atau pegal-pegal yang bisa berkaitan dengan sejumlah penyakit, mulai dari infeksi saluran napas hingga gangguan jantung.

Karena itu, penting untuk memahami apa saja kemungkinan penyebab di balik gejala yang sering disebut masuk angin agar tidak salah langkah dalam menanganinya, melansir berbagai sumber.

Berbagai penyakit yang sering disebut sebagai “masuk angin”

Masuk angin sejatinya bukanlah nama suatu penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang bisa berkaitan dengan berbagai kondisi medis tertentu. Keluhan seperti meriang, mual, atau pegal-pegal yang sering dianggap masuk angin sebenarnya dapat menjadi tanda dari beberapa penyakit berikut:

1. Infeksi saluran pernapasan atas

Gejala seperti demam, batuk, dan pilek sering muncul akibat infeksi pada saluran napas bagian atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus, meskipun bisa juga karena bakteri.

Sebagian besar kasus tergolong ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Namun, bila infeksi menjalar ke saluran napas bawah seperti pada kondisi pneumonia gejalanya bisa menjadi lebih berat dan berisiko menyebabkan komplikasi.

Baca juga: Masuk angin menurut medis: Apa sebenarnya dan bagaimana gejalanya?

2. Demam berdarah dan malaria

Kedua penyakit yang umum dijumpai di daerah tropis ini menular melalui gigitan nyamuk. Baik demam berdarah maupun malaria dapat menimbulkan gejala berupa demam tinggi, nyeri sendi dan otot, menggigil, serta tubuh terasa lemas.

Gejala yang sering dikira masuk angin biasa. Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini bisa berujung pada komplikasi serius hingga berakibat fatal.

3. Masalah pada sistem pencernaan

Keluhan seperti mual, muntah, perut terasa penuh, diare, dan sering bersendawa juga kerap dianggap sebagai masuk angin. Padahal, itu bisa jadi tanda adanya gangguan pencernaan.

Penyebabnya beragam, mulai dari GERD, infeksi saluran cerna, keracunan makanan, hingga sensitivitas terhadap makanan tertentu. Konsumsi makanan pedas, asam, atau berlemak secara berlebihan juga bisa memicu keluhan ini.

4. Gangguan jantung

Beberapa kasus keluhan masuk angin yang dirasakan sebagai nyeri di dada atau ulu hati ternyata merupakan tanda gangguan jantung. Kondisi ini terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat akibat penyumbatan pembuluh darah.

Gejalanya bisa meliputi nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, atau punggung, sesak napas, pusing, hingga pingsan. Dalam masyarakat, kondisi ini kerap disebut sebagai “angin duduk” dan perlu diwaspadai karena berpotensi mengancam jiwa.

Baca juga: Mitos atau fakta, kerokan bisa sembuhkan masuk angin?

5. Demam tifoid

Demam tifoid merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini tergolong mudah menular, terutama melalui jalur fekal-oral. Artinya, seseorang bisa tertular jika mengonsumsi makanan atau minuman yang telah tercemar oleh kotoran dari penderita tifoid.

Gejala tifoid bisa menyerupai keluhan yang sering dianggap sebagai masuk angin, seperti sakit kepala, tubuh terasa lemas, nyeri otot dan sendi, batuk, hingga perut kembung. Kemiripan ini kerap membuat penderita tidak menyadari bahwa mereka tengah mengalami infeksi yang sebenarnya perlu penanganan medis.

Baca juga: Sup ayam bisa sembuhkan masuk angin

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

link hoki mahjong ways 3maxwin gede mahjong wins 2akun mahjong wins barukebun scatter mahjong ways 2slot gacor