Jakarta (ANTARA) – Sendawa merupakan mekanisme alami tubuh untuk melepaskan udara yang terperangkap di dalam saluran pencernaan. Kondisi ini biasanya terjadi setelah makan atau minum dan tergolong normal. Namun, bila frekuensinya meningkat secara terus-menerus, sendawa bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pencernaan yang perlu diwaspadai.
Penyebab sendawa berlebihan dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti kebiasaan makan terlalu cepat, konsumsi minuman bersoda, atau stres. Untuk mengatasinya, penting mengenali pemicunya dan melakukan langkah pencegahan, seperti memperbaiki pola makan dan menjaga kesehatan pencernaan agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berikut penjelasan lengkap mengenai penyebab dan solusi efektif untuk mengatasinya.
Apa itu sendawa berlebihan?
Sendawa berlebihan (eksesif) terjadi ketika seseorang bersendawa lebih dari normal, biasanya lebih dari empat kali dalam satu jam. Kondisi ini bisa menjadi sinyal adanya gangguan ringan pada sistem pencernaan atau akibat kebiasaan tertentu.
Meski tidak selalu menandakan masalah serius, dalam banyak kasus sendawa yang terlalu sering dapat mengganggu kenyamanan harian, terutama saat beraktivitas atau berinteraksi sosial.
Penyebab umum
1. Aerophagia (Menelan udara terlalu banyak)
Kebiasaan makan terburu-buru, bicara sambil makan, mengunyah permen karet, merokok, atau minum menggunakan sedotan bisa menyebabkan masuknya udara berlebih ke perut.
2. Konsumsi makanan dan minuman gas
Soda, bir, minuman karbonasi, makanan berlemak, pedas, atau tinggi serat seperti brokoli dan kol dapat memicu produksi gas dalam saluran cerna.
3. Gangguan pencernaan
Kondisi medis seperti GERD (acid reflux), gastritis, tukak lambung, infeksi H. pylori, atau irritable bowel syndrome (IBS) sering disertai gejala sendawa berlebih.
4. Efek samping obat
Beberapa obat, seperti metformin untuk diabetes, kadang menimbulkan produksi gas dan sendawa sebagai efek samping.
5. Stres dan kebiasaan supragastrik
Stres meningkatkan kemungkinan menelan udara berulang kali. Selain itu, kebiasaan “supragastrik belching” menelan udara kemudian memuntahkannya juga dapat terjadi tanpa disadari, terutama pada individu dengan gangguan cemas.
Kapan harus berkonsultasi ke dokter?
Segera temui tenaga medis jika sendawa berlebihan disertai gejala ini:
• Nyeri dada atau perut parah
• Muntah berulang atau berdarah
• Penurunan berat badan secara drastis
• Sulit menelan, diare, konstipasi, demam, atau BAB berdarah
Cara mengatasi dan pencegahan
1. Modifikasi gaya hidup
• Makan dan minum secara perlahan, kunyah makanan hingga halus
• Hindari permen karet, sedotan, merokok
• Batasi makanan/minuman pemicu gas seperti soda, bir, alkohol, dan kafein.
2. Kelola pola makan & diet
• Konsumsi porsi kecil, hindari makan terlalu kenyang
• Identifikasi intoleransi makanan (misalnya laktosa) dan hindari jika perlu
3. Teknik relaksasi & pernapasan
• Latihan pernapasan diafragma dan meditasi
• Terapi bicara atau cognitive-behavioral therapy untuk mengatasi kebiasaan supragastrik.
4. Pengobatan medis
• Atasi kondisi dasar seperti GERD (antacida, PPI), infeksi H. pylori (antibiotik), atau IBS
• Jika perlu terapi wicara atau terapi kognitif untuk menghilangkan pola kebiasaan buruk
Sendawa yang berlebihan biasanya bukan kondisi berbahaya jika tidak disertai gejala medis lain. Perubahan gaya hidup seperti makan secara perlahan, menghindari makanan pemicu gas, dan mengelola stres terbukti efektif untuk mengurangi frekuensinya.
Namun, jika kondisi sendawa terus memburuk atau disertai keluhan lain seperti nyeri perut, mual, atau kembung berlebihan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang tepat.
Baca juga: Mengenal Irritable Bowel Syndrome, penyebab dan cara mengobatinya
Baca juga: Kenali penyakit lain setelah Lebaran selain maag dan kolesterol
Baca juga: 3 cara alami cegah sakit maag di malam hariahaya
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.