Alasan hipertensi dijuluki silent killer dan cara mencegahnya

Jakarta (ANTARA) – Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, merupakan kondisi medis yang cukup sering terjadi namun kerap luput dari perhatian penderitanya. Bila tidak ditangani secara tepat, hipertensi dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan serius seperti penyakit jantung, stroke, bahkan kerusakan ginjal.

Masalah ini timbul ketika tekanan dalam pembuluh darah arteri terus-menerus berada di atas ambang batas normal. Menariknya, siapa pun bisa mengalaminya termasuk mereka yang tampak sehat dan tidak merasakan gejala.

Karena sifatnya yang sering tidak menunjukkan tanda-tanda awal namun berdampak besar bagi tubuh, hipertensi pun dijuluki sebagai “silent killer.” Lalu, apa alasan di balik sebutan tersebut? Berikut ulasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Ini alasan mengapa hipertensi dijuluki “silent killer”

Hipertensi merupakan kondisi medis ketika tekanan darah dalam arteri terus-menerus berada di atas batas normal. Tekanan darah sendiri adalah gaya yang ditimbulkan darah saat mengalir melalui pembuluh arteri di tubuh.

Baca juga: Tips efektif kendalikan hipertensi secara alami tanpa obat

Penyakit ini kerap dijuluki “silent killer” karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas, padahal dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan serius pada organ vital. Masalah kesehatan yang timbul akibat hipertensi bisa berkembang menjadi kondisi serius, bahkan menimbulkan komplikasi berat seperti:

1. Serangan jantung: Akibat tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus dapat merusak pembuluh darah jantung.

2. Stroke: Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak atau menyumbat aliran darah ke otak.

3. Gagal ginjal: Ginjal bekerja lebih keras saat tekanan darah tinggi, hingga akhirnya bisa mengalami kerusakan permanen.

4. Gangguan penglihatan: pembuluh darah kecil di mata bisa rusak akibat tekanan darah tinggi, menyebabkan penglihatan buram hingga kebutaan.

Menurut pedoman yang dikeluarkan oleh American College of Cardiology dan American Heart Association pada tahun 2017, seseorang dapat dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya bertahan pada angka 130/80 mmHg atau lebih dalam lebih dari satu kali pengukuran.

Baca juga: 5 pola hidup sehat untuk mencegah serangan hipertensi

Untuk memperoleh hasil yang akurat saat mengukur tekanan darah, penting untuk memperhatikan beberapa hal berikut:

• Gunakan ukuran manset yang sesuai
• Telapak tangan dalam keadaan rileks, tidak mengepal
• Lengan sejajar dengan posisi jantung, baik saat duduk maupun berbaring
• Jangan berbicara saat pengukuran berlangsung
• Kaki tidak disilangkan
• Tubuh berada dalam posisi nyaman dan memiliki penopang yang cukup

Meski dijuluki sebagai “silent killer” hipertensi bukan akhir segalanya. Mengetahui kondisi kesehatan diri sendiri dan orang terdekat sangat penting, salah satunya melalui pemeriksaan rutin.

Langkah ini tidak hanya membantu mendeteksi hipertensi, tetapi juga potensi penyakit lain yang mungkin terjadi. Karena tidak menimbulkan keluhan pada tahap awal, banyak orang tidak melakukan pemeriksaan rutin.

Itulah sebabnya hipertensi kerap terdeteksi saat kondisi sudah parah atau setelah terjadi komplikasi. Inilah yang membuatnya disebut “silent killer” Oleh karena itu, jika Anda memiliki faktor risiko tekanan darah tinggi, periksalah tekanan darah secara rutin dan perubahan gaya hidup sehat adalah cara utama untuk mencegah dan mengendalikannya.

Baca juga: Apa itu hipertensi? Kenali pengertian, gejala, dan faktor risikonya

Baca juga: Dampak hipertensi pada organ vital: Kenali risiko dan cara mencegahnya