Jakarta (ANTARA) – Psikopat adalah sebutan populer untuk gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder/ASPD), yaitu kondisi psikologis kronis di mana individu menunjukkan pola perilaku yang melanggar norma sosial, kurang empati, serta tidak merasa bersalah atas tindakannya.
Kondisi ini sering kali tidak mudah dikenali sejak awal karena penderitanya bisa tampak normal bahkan menawan secara sosial. Dengan demikian, berikut adalah penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, dan penanganan gangguan ini.
Baca juga: “Halloween”: Kembalinya teror psikopat 40 tahun lalu
Gejala umum psikopat
Menurut ahli, psikopat sering kali memiliki karakteristik seperti:
• Tidak memiliki empati dan hati nurani; tidak merasa bersalah.
• Suka berbohong, manipulatif, dan impulsif.
• Karisma superfisial; mampu tampil ramah dan memikat.
• Cenderung melanggar norma dan hukum sejak usia remaja; tidak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.
Watchlist gejalanya antara lain
• Sering berbohong dan memanipulasi situasi.
• Tidak mampu merasakan emosi mendalam; emosional dangkal.
• Sifat agresif dan mudah marah.
• Riwayat pelanggaran hukum dan perilaku kriminal sejak masa kecil atau remaja.
Baca juga: Psikiater: Anak tidak bisa dibilang sebagai psikopat
Penyebab yang mendasari
Hingga saat ini, tidak ada satu penyebab pasti psikopati. Namun, para ahli sepakat adanya kombinasi faktor:
1. Genetik
Terdapat bukti bahwa psikopati menyertai riwayat keluarga, menunjukkan kemungkinan faktor keturunan.
2. Neurologis (Kelainan otak)
Beberapa penelitian menemukan kelainan pada bagian otak seperti amigdala dan korteks prefrontal, yang mengatur empati dan kontrol diri.
3. Lingkungan dan trauma masa kecil
Paparan kekerasan, penelantaran, atau pola asuh bermasalah pada masa kanak-kanak meningkatkan risiko munculnya sifat psikopat.
Baca juga: Kenali 10 ciri pasangan yang psikopat
Cara diagnosa
Diagnosis biasanya baru ditegakkan pada usia ≥ 18 tahun, melalui:
• Sejarah perilaku antisocial sejak sebelum usia 15 tahun.
• Penilaian psikologis menggunakan kriteria DSM‑5 atau PPDGJ III.
• Kadang melibatkan pemeriksaan neurologis seperti MRI untuk mendeteksi kelainan otak.
Penanganan dan pengobatan
Meski sulit disembuhkan, psikopat dapat dikelola melalui pendekatan berikut:
1. Psikoterapi
• Terapi perilaku kognitif (CBT) atau Dialektikal (DBT) untuk meningkatkan kontrol diri dan mengenali pola pikir negatif.
• Terapi kelompok untuk mengasah kemampuan sosial dan empati.
Baca juga: Polisi sebut tersangka mutilasi wanita dalam koper seorang psikopat narsistik
2. Farmakologis
• Tidak ada obat yang menyembuhkan psikopati, tapi obat-obatan seperti antidepresan (SSRI), antipsikotik, dan stabilisator mood dapat membantu mengatasi gangguan komorbid seperti depresi, kecemasan, atau impulsivitas.
3. Rehabilitasi dan intervensi sistemik
• Rehabilitasi bagi individu yang pernah terlibat kriminal, serta dukungan keluarga dan komunitas direkomendasikan guna memfasilitasi reintegrasi sosial.
Dengan demikian, psikopat adalah gangguan kepribadian serius yang ditandai oleh pola perilaku antisosial, kurang empati, dan kontrol emosional yang buruk. Memahami gejala dan penyebabnya sangat penting agar deteksi dini dapat dilakukan dan risiko gangguan ini tidak berkembang semakin parah.
Metode pengobatan dan rehabilitasi yang menyeluruh mengombinasikan terapi psikologis, dukungan medis, serta intervensi sosial menjadi langkah krusial dalam menekan potensi kriminalitas serta mengurangi penderitaan individu maupun lingkungan sekitarnya, demikian merangkum dari sejumlah sumber.
Baca juga: Enam drakor terbaru, kisah romantis hingga perburuan psikopat
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.