Jakarta (ANTARA) – Penggunaan rokok elektrik atau vape kini semakin meluas, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Banyak yang beranggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional, seperti rokok kretek atau rokok putih.
Namun, anggapan ini dapat menyesatkan. Pasalnya, cairan dalam vape atau yang dikenal sebagai liquid ternyata mengandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan penggunanya.
Liquid vape umumnya terdiri atas sejumlah zat kimia, antara lain nikotin, senyawa organik mudah menguap (VOC), gliserin, bahan perasa buatan, senyawa karbon berbahaya, logam berat, hingga zat kimia yang digunakan dalam herbisida.
Uap yang dihasilkan dari cairan ini bukan sekadar uap air biasa, melainkan aerosol berisi partikel halus yang dapat masuk jauh ke dalam paru-paru dan memicu gangguan kesehatan serius.
Baca juga: Apakah vape berbahaya? Berikut penjelasannya
Kandungan berbahaya dalam liquid vape
1. Nikotin
Nikotin merupakan zat adiktif utama dalam rokok dan juga ditemukan dalam berbagai produk vape. Meski kadarnya bervariasi, beberapa produk memiliki kadar nikotin yang tinggi, setara dengan rokok biasa. Nikotin diketahui dapat mengganggu perkembangan otak remaja, meningkatkan risiko kecanduan zat lain, serta menyebabkan gangguan pada kehamilan seperti kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah.
2. Volatile Organic Compounds (VOC)
Salah satu jenis VOC dalam vape adalah propilen glikol, zat yang digunakan dalam pembuatan asap buatan pada pertunjukan atau pelarut kimia. Jika terhirup, propilen glikol dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Paparan dalam jangka panjang bahkan dapat merusak hati, ginjal, dan sistem saraf.
3. Gliserin nabati (Vegetable glycerin)
Meski berasal dari bahan alami, gliserin tetap menimbulkan risiko ketika dipanaskan dan dihirup. Uap dari gliserin lebih pekat dan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, meskipun tingkat iritasinya lebih rendah dibandingkan propilen glikol.
4. Bahan perasa buatan
Lebih dari 7.000 jenis perasa digunakan dalam produk vape, termasuk diacetyl dan acetylpropionyl. Zat-zat ini terkait dengan penyakit serius seperti bronchiolitis obliterans atau “paru-paru popcorn”, yaitu kondisi di mana saluran udara terkecil mengalami penyempitan akibat luka.
5. Senyawa karbon berbahaya
Vape juga menghasilkan formaldehida, acetaldehida, acrolein, dan glycidol—senyawa karbon yang tergolong karsinogenik. Paparan senyawa ini dapat meningkatkan risiko kanker, serta menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan, kulit, dan paru-paru.
Baca juga: Inggris akan larang rokok eletrik sekali pakai mulai Juni 2025
6. Acrolein
Zat ini umum digunakan sebagai herbisida untuk membunuh gulma, namun juga ditemukan dalam liquid vape. Inhalasi acrolein diketahui dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang bersifat permanen.
7. Logam berat
Penelitian menunjukkan bahwa uap vape mengandung logam beracun seperti nikel, timah, kadmium, dan kromium. Logam ini dapat berasal dari elemen pemanas dalam perangkat vape. Paparan logam berat dapat memicu kanker paru, reaksi alergi, dan kerusakan organ lainnya.
Dampak terhadap kesehatan jantung dan paru-paru
Vape dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah akibat kandungan nikotin, sehingga berisiko menimbulkan gangguan kardiovaskular. Selain itu, uap dari vape juga dapat memicu peradangan di saluran napas dan menurunkan fungsi paru, meski tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional.
Baca juga: Publik dan pakar soroti konflik kepentingan dalam studi soal vape
Ancaman bagi remaja dan non-perokok
Penggunaan vape di kalangan remaja menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Selain memengaruhi perkembangan otak, remaja yang menggunakan vape memiliki kecenderungan lebih besar untuk beralih ke rokok konvensional. Fenomena ini meningkatkan risiko kecanduan ganda serta menambah beban masalah kesehatan masyarakat.
Kualitas produk yang tidak terstandar
Salah satu tantangan utama dalam penggunaan vape adalah kualitas produk yang tidak seragam dan regulasi yang masih longgar. Beberapa produk dijual bebas tanpa pengawasan ketat, sehingga meningkatkan kemungkinan paparan bahan berbahaya.
Langkah pencegahan
Mengingat berbagai risiko kesehatan yang ditimbulkan, masyarakat diimbau untuk tidak meremehkan bahaya vape. Edukasi publik perlu ditingkatkan, terutama untuk generasi muda. Bagi pengguna yang ingin berhenti, tersedia berbagai metode berhenti merokok yang lebih aman, termasuk terapi pengganti nikotin dan pendampingan profesional kesehatan.
Daripada terus mengandalkan produk yang belum terbukti aman dalam jangka panjang, memilih untuk berhenti merokok dan tidak menggunakan vape adalah keputusan terbaik untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar.
Baca juga: Ahli sebut perlu waspadai klaim bahwa vape lebih aman
Baca juga: Merokok atau vape ketika berpuasa, bagaimana hukumnya?
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025