Jakarta (ANTARA) – Minyak babi, atau dikenal sebagai lard, merupakan produk olahan dari lemak babi yang sering digunakan dalam berbagai jenis masakan karena kemampuannya menghasilkan tekstur renyah dan rasa gurih. Penggunaan minyak ini cukup populer di berbagai kuliner, terutama dalam hidangan yang membutuhkan hasil akhir yang renyah dan lezat.
Namun, bagi sebagian masyarakat, terutama umat Muslim, konsumsi minyak babi merupakan hal yang harus dihindari. Sayangnya, keberadaan minyak babi dalam makanan tidak selalu mudah dikenali karena tidak selalu tercantum jelas pada label kemasan, sehingga konsumen perlu lebih waspada dan teliti saat memilih produk makanan.
Apa itu minyak babi?
Minyak babi diperoleh dari proses melelehkan lemak babi, yang kemudian disaring untuk menghasilkan minyak yang bersih dan memiliki rasa netral. Dalam suhu ruangan, minyak babi berbentuk padat berwarna putih atau krem pucat, sementara saat dipanaskan, minyak ini mencair menjadi lemak bening.
Minyak ini sering digunakan dalam berbagai teknik memasak seperti menggoreng, memanggang, hingga menumis. Kehadirannya diyakini mampu menghasilkan tekstur makanan yang renyah serta rasa gurih yang khas, sehingga banyak digunakan dalam masakan tradisional maupun modern di berbagai belahan dunia.
Baca juga: LPPOM MUI: Label “No Pork No Lard” bukan jaminan produk halal
Ciri-ciri makanan yang mengandung minyak babi
Berikut adalah beberapa ciri yang dapat membantu mengenali makanan yang kemungkinan mengandung minyak babi:
1. Tekstur lebih renyah dan flaky
Makanan yang digoreng atau dipanggang menggunakan minyak babi cenderung memiliki tekstur yang lebih renyah dan flaky, terutama pada kue, pastry, dan kulit pie.
2. Aroma dan rasa yang khas
Meskipun minyak babi memiliki rasa netral, dalam beberapa kasus, makanan yang mengandung minyak babi dapat memiliki aroma khas yang berbeda dari minyak nabati.
3. Ketahanan lebih lama
Makanan yang menggunakan minyak babi, terutama yang telah dihidrogenasi, memiliki ketahanan lebih lama karena jenis ini lebih stabil di suhu ruangan.
4. Label atau istilah tertentu
Beberapa produk mungkin mencantumkan istilah seperti “lard”, “shortening”, atau “animal fat” pada labelnya. Istilah-istilah ini dapat merujuk pada minyak babi, sehingga penting untuk membaca label dengan cermat.
Baca juga: BPJPH: Makanan jamaah haji Indonesia halal dan aman
Tips menghindari konsumsi minyak babi
– Periksa label produk: Selalu baca label kemasan dengan teliti untuk memastikan tidak ada bahan yang mencurigakan.
– Cari sertifikat halal: Produk dengan sertifikat halal dari lembaga resmi seperti MUI memberikan jaminan bahwa produk tersebut bebas dari bahan yang diharamkan.
– Tanyakan pada penjual: Jika ragu, jangan sungkan untuk menanyakan langsung kepada penjual mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam makanan.
– Gunakan aplikasi pendeteksi: Beberapa aplikasi dapat membantu mendeteksi kandungan babi dalam produk makanan melalui pemindaian barcode.
Dengan meningkatkan kewaspadaan, konsumen dapat lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang mereka konsumsi. Langkah ini penting untuk menghindari bahan-bahan yang tidak sesuai dengan prinsip atau keyakinan pribadi.
Selain itu, pengetahuan mengenai ciri-ciri makanan yang mengandung minyak babi juga perlu ditingkatkan. Dengan pemahaman yang lebih baik, konsumen bisa lebih selektif dan yakin dalam menentukan pilihan makanan sehari-hari.
Baca juga: BPJPH: Rantai pasok makanan harus penuhi standar produk halal
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025