Otomotif

ITB-Curtin gagas pentingnya desain baterai EV yang dukung daur ulang

×

ITB-Curtin gagas pentingnya desain baterai EV yang dukung daur ulang

Sebarkan artikel ini


Jakarta (ANTARA) – Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Curtin University Australia mengembangkan pendekatan berkelanjutan dalam sistem daur ulang baterai kendaraan listrik (EV), sebagai bagian dari studi kolaboratif di bawah “KONEKSI”, program kemitraan pengetahuan Indonesia–Australia.

“Penelitian kami terkait dengan battery recycle (daur ulang baterai), bagaimana baterai itu bisa bisa terus berkelanjutan. Kami melihat kalau kita ingin membuat ekosistem baterai yang berkelanjutan, kita harus mulai memikirkan daur ulang mulai dari proses mendesain baterai,” ujar peneliti utama ITB Dr. Eng. Bentang Arief Budiman, S.T., M.Eng, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.

Bentang menjelaskan bahwa kunci keberlanjutan ekosistem baterai kendaraan listrik terletak pada desain sejak awal. Ia menjelaskan bahwa sebelum didaur ulang, baterai EV yang kapasitasnya sudah menurun juga bisa digunakan kembali (repurposing), seperti menjadi sumber energi atau sistem penyimpanan, misalnya.

Baca juga: Bosch hadirkan cara baru yang lebih aman mendaur ulang baterai EV

Baterai EV bekas di Indonesia saat ini masih dianggap limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), namun belum memiliki sistem pengolahan yang memadai. Padahal, menurut Bentang, jika desain baterai dirancang sejak awal untuk memudahkan proses pembongkaran, maka efisiensi daur ulang bisa ditingkatkan.

“Proses daur ulang menjadi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan industri kendaraan listrik. Pendekatan desain ulang dari tahap perakitan hingga daur ulang akan memungkinkan kita memanfaatkan kembali bahan dari baterai bekas,” jelas Bentang.

Riset ini juga menyoroti dua jenis baterai utama, yakni NCM (Nickel Cobalt Manganese) dan LFP (Lithium Iron Phosphate), yang umum digunakan di Indonesia. Keduanya memungkinkan untuk didaur ulang, namun memiliki nilai ekonomi berbeda.

“NCM punya nilai jual lebih tinggi karena mengandung nikel dan kobalt, sedangkan LFP lebih banyak digunakan tapi nilai daur ulangnya lebih rendah,” kata Bentang.

Proyek ini disebut akan menghasilkan demonstrasi teknologi dan metode daur ulang baterai yang terjangkau. Target utamanya adalah menciptakan sistem daur ulang baterai dengan biaya rendah agar dapat bersaing dengan material tambang.

Baik ITB maupun Curtin berharap hasil riset ini dapat mendorong kebijakan nasional terkait kewajiban industri untuk menarik dan mendaur ulang baterai bekas secara sistematis.

Baca juga: Kemen ESDM soroti pentingnya pengelolaan baterai EV pasca pakai

Baca juga: Toyota ubah sampah jadi listrik, daur ulang baterai jadi lebih bersih

Baca juga: BSAF dan mitranya akan produksi lithium-ion dengan bahan daur ulang

Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

pagi kerja jadi kang bengkel malam pesta wild mahjong ways 2 cuan rp 38 juta sekejap matakena scatter pulas di game mahjong wins 3 kernet angkot ini mendadak hadiahkan parfum ysl ke gebetannyangerasa bosen jaga warnet sepi semalaman pakai akun vip mahjong wins pak cahyo sukses jp 1 nmaxpromosi responsif bonus mahjong wins pemberian tambahan modalteknik ringan maxwin mahjong pak masyur untung 87 jutaslot gacor