Jakarta (ANTARA) – Kelahiran prematur, yakni persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, masih menjadi tantangan serius dalam dunia kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan data medis, sekitar 12 persen kehamilan berakhir dengan kelahiran prematur, yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada bayi akibat organ-organ tubuh yang belum berkembang sempurna.
Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi medis hingga gaya hidup ibu hamil. Dalam banyak kasus, penyebab pastinya tidak selalu dapat diketahui, namun sejumlah kondisi berikut diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur.
1. Gangguan kesehatan pada ibu hamil
Ibu hamil yang menderita penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan hati, atau penyakit ginjal memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur. Selain itu, kelainan pada serviks seperti inkompetensi serviks atau serviks pendek juga dapat menyebabkan leher rahim terbuka terlalu cepat sebelum waktunya, yang berujung pada persalinan prematur.
2. Infeksi dan peradangan
Infeksi pada ibu hamil, terutama infeksi saluran kemih, infeksi bakteri vagina, serta penyakit menular seksual seperti sifilis, klamidia, gonore, dan trikomoniasis, berpotensi memicu pecahnya ketuban dini. Ketuban yang pecah sebelum waktunya sangat berkaitan erat dengan risiko kelahiran sebelum cukup bulan.
Baca juga: Pola makan buruk sebabkan kelahiran prematur
3. Solusio plasenta
Kondisi abruptio plasenta atau solusio plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktunya, dapat menyebabkan gangguan serius bagi bayi dalam kandungan. Pada kasus berat, hal ini bisa memicu perdarahan hebat dan mengharuskan bayi segera dilahirkan, meski usia kehamilan belum mencukupi.
4. Peregangan rahim berlebihan
Kehamilan kembar atau jumlah cairan ketuban yang berlebih (polihidramnion) menyebabkan rahim meregang lebih besar dari normal. Peregangan ini dapat merangsang kontraksi dini akibat peningkatan prostaglandin, yang pada akhirnya mendorong persalinan prematur.
5. Faktor genetik
Riwayat keluarga juga memiliki peran. Jika ibu hamil atau saudara kandungnya pernah mengalami kelahiran prematur, maka risikonya akan meningkat. Demikian pula jika ibu hamil pernah melahirkan bayi prematur pada kehamilan sebelumnya.
6. Gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, serta penyalahgunaan narkoba selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap risiko kelahiran prematur. Bahan kimia berbahaya dalam rokok, seperti nikotin, dapat menyempitkan pembuluh darah di rahim dan mengganggu pasokan oksigen dan nutrisi kepada janin.
7. Stres berlebih
Stres psikologis berat selama kehamilan, seperti akibat kekerasan dalam rumah tangga atau peristiwa traumatis lainnya, dapat menyebabkan pelepasan hormon stres berlebih yang merangsang kontraksi dini. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa memicu persalinan prematur.
Baca juga: Waspada hipertensi pada ibu hamil, dokter ungkap tiga bahayanya
Pentingnya pemeriksaan kehamilan rutin
Untuk mengantisipasi risiko persalinan prematur, ibu hamil dianjurkan melakukan kontrol rutin ke dokter sejak awal kehamilan. Jika terdapat faktor risiko, dokter dapat melakukan intervensi medis sejak dini dan, bila diperlukan, merujuk ke rumah sakit dengan fasilitas NICU (Neonatal Intensive Care Unit) guna memberikan perawatan intensif bagi bayi yang lahir sebelum waktunya.
Langkah pencegahan kelahiran prematur
Meskipun tidak semua kasus kelahiran prematur dapat dicegah, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya, antara lain:
- Menjalani pola makan sehat dan bergizi seimbang.
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
- Menghindari paparan asap rokok serta zat kimia berbahaya.
- Memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan konsumsi air putih yang cukup.
Melalui penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat selama kehamilan, risiko kelahiran prematur dapat ditekan, sehingga bayi dapat lahir pada waktunya dalam kondisi optimal.
Baca juga: Dokter sebut diabetes sebagai salah satu penyebab kelahiran prematur
Baca juga: Persiapkan kehamilan dengan baik agar bayi tidak lahir prematur
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.