Gaya Hidup

Mengenal Sindrom Stevens Johnson, alergi berat yang terjadi pada kulit

×

Mengenal Sindrom Stevens Johnson, alergi berat yang terjadi pada kulit

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Sindrom Stevens Johnson (SJS) merupakan bentuk reaksi hipersensitivitas berat yang terjadi akibat respons tubuh yang berlebihan terhadap obat-obatan atau infeksi tertentu.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kulit tangan atau kaki, tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh lain yang memiliki selaput lendir, seperti mata, mulut, organ kelamin, hingga saluran pencernaan.

Luas area tubuh yang terkelupas karena terdampak SJS, umumnya mencakup kurang dari 10 persen dari seluruh permukaan kulit tubuh.

Penyakit ini biasanya dikenali dari gejala berupa ruam berwarna merah atau keunguan yang menyebar, lepuhan, dan pengelupasan kulit yang terasa sangat nyeri.

Baca juga: Kiat pilih bahan perhiasan agar kulit terhindar dari iritasi

Baca juga: Penyebab anak gatal-gatal saat pindah ke tempat baru

Karena reaksi ini termasuk kondisi alergi yang serius dan berisiko tinggi, pasien perlu segera mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.

SJS dapat berkembang dengan cepat. Sebelum muncul ruam, gejala awalnya sering kali tidak disadari karena mirip dengan flu biasa, seperti demam, batuk, nyeri otot, atau sakit kepala.

Namun, kondisi ini dapat memburuk ketika muncul ruam dan lepuhan yang menyebar ke kulit dan selaput lendir, seperti mulut, mata, atau alat kelamin.

Kulit yang terdampak akan mengalami kerusakan, di mana lapisan terluarnya mati dan terkelupas. Hal ini menyebabkan luka terbuka yang rentan infeksi dan kehilangan cairan tubuh secara drastis.

Bila tidak ditangani secara cepat, SJS dapat memicu komplikasi serius seperti infeksi paru (pneumonia), infeksi darah (sepsis), sulit menelan, atau kerusakan organ dalam lainnya.

Beberapa jenis obat yang paling sering menjadi pemicu SJS, antara lain obat asam urat seperti allopurinol, pereda nyeri seperti meloxicam, naproxen, atau piroxicam, serta antibiotik seperti penisilin dan sulfonamida. Selain itu, obat antikejang dan antivirus nevirapine juga diketahui dapat memicu reaksi ini pada sebagian individu.

Sementara, pemicu SJS pada anak-anak cenderung berbeda. Infeksi virus menjadi faktor yang lebih sering ditemukan terhadap anak-anak. Namun, terdapat juga kasus SJS yang disebabkan oleh infeksi bakteri hingga paparan sinar ultraviolet atau terapi radiasi.

Tidak semua orang memiliki risiko yang sama terhadap SJS. Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kondisi ini, seperti memiliki riwayat pribadi atau keluarga yang pernah mengalami SJS, kelainan genetik tertentu, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Bagi yang mengidap HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan kanker, atau baru saja menerima transplantasi organ, juga termasuk dalam kelompok yang lebih rentan mengalami penyakit SJS.

Baca juga: Ingin memberikan “essential oil” untuk anak, berikut tipsnya

Penanganan SJS berfokus pada menghentikan penyebab yang memicu reaksi, terutama jika pasien tengah mengonsumsi obat tertentu yang dicurigai sebagai pemicu.

Setelah itu, dokter akan melakukan pengecekan tubuh keseluruhan, tes darah, yang kemudian akan memberikan obat pereda nyeri, antibiotik jika ada infeksi, dan obat untuk meredakan peradangan.

Perawatan tambahan seperti pemberian cairan dan nutrisi melalui selang makan, kompres luka, serta obat mata juga dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan.

Jika penyebabnya berhasil diatasi, kondisi pasien umumnya akan membaik. Kulit baru bisa tumbuh dalam beberapa hari, meski pada kasus berat pemulihan bisa memakan waktu hingga beberapa bulan.

Penanganan dini pada Sindrom Stevens Johnson menjadi penentu peluang kesembuhan pasien, terutama jika dilakukan setelah gejala awal muncul. Semakin cepat obat pemicu dihentikan dan perawatan intensif diberikan, semakin kecil juga risiko komplikasi berat untuk terjadi.

Meski SJS jarang terjadi karena termasuk penyakit langka, dampaknya sangat berisiko besar bagi penderitanya. Banyak pasien harus menjalani perawatan yang panjang selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Oleh sebab itu, lebih baik tidak mengabaikan gejalanya dan segera konsultasi ke dokter, terutama spesialis kulit untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Baca juga: 6 Cara merawat kulit yang terkena alergi agar tetap merasa nyaman

Baca juga: Rambut kotor berdampak pada kesehatan kulit hingga infeksi

Baca juga: Kelainan kulit bukan diduga alergi harus curiga cacar monyet

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

keberuntungan menang maxwin mahjong disela kesibukan kerjalagi seminar serius dipancoran angel dapat jackpot mahjong langsunggila jp rp 50 juta mahjong wins hebohkan pos ronda tengah malammain mahjong bisa beli ducati 2000cc ada trik jackpotjp scatter mahjong ways bikin pegawai supermarket ini ganti hp ke iphone 16iseng jadi hoki layar mahjong wins hampir dipenuhi wild cetak jp rp 33 jutaakun pro mahjong wins 2 ini jadi alasan bro jepri punya yaris barukirimian rudal bikin mesin mahjong agak error dikit pada wede besarhoki berperan penting jalankan mesin mahjong tanpa mikir beli mini cooper langsungslot gacor