Otomotif

Pemerintah dinilai perlu beri insentif LCGC dan genjot fasilitas BEV

×

Pemerintah dinilai perlu beri insentif LCGC dan genjot fasilitas BEV

Sebarkan artikel ini


Jakarta (ANTARA) – Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu menilai pemerintah perlu segera mempercepat pembangunan infrastruktur kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) dan mempertimbangkan insentif untuk segmen mobil murah ramah lingkungan (LCGC).

“Kalau memang ingin mendorong industri otomotif, untuk BEV, pemerintah sebaiknya fokus mempercepat pembangunan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), memperluas kawasan khusus BEV seperti yang dilakukan di Jakarta untuk beberapa kota tier-1 lainnya terutama di pulau Jawa guna mengatasi range anxiety,” ujar Yannes saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Hal ini ia sampaikan menanggapi pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang mencatat kenaikan pengunjung hingga 485.569 orang, melampaui capaian tahun sebelumnya sebesar 475.084, namun, meski antusiasme publik terhadap inovasi otomotif terlihat tinggi, hal ini tidak berbanding lurus dengan transaksi pembelian kendaraan yang justru diprediksi menurun.

Baca juga: Kendaraan niaga jadi pondasi utama DFSK selama di GIIAS 2025

“Penurunan transaksi pembelian kendaraan kemungkinan besar disebabkan oleh melemahnya daya beli kelas menengah kita akibat kenaikan harga mobil kisaran Rp150-400 juta sebesar rata-rata 7 persen per tahun yang tidak selaras dengan pertumbuhan pendapatan riil hanya 4-5 persen,” imbuhnya.

Yannes mengatakan, kelas menengah memegang peranan vital dalam industri otomotif karena merupakan kelompok konsumen terbesar dan paling aktif dalam membeli kendaraan.

Mereka menjadi target utama produsen dan perusahaan pembiayaan karena cenderung membeli mobil secara cicilan serta rutin mengganti kendaraan setiap beberapa tahun.

Baca juga: AHM bukukan penjualan 1.125 sepeda motor selama GIIAS 2025

Ketergantungan mereka pada kredit membuat kelas ini sangat sensitif terhadap fluktuasi suku bunga dan inflasi, sehingga penurunan daya beli atau tekanan ekonomi langsung berdampak pada penjualan mobil nasional.

Untuk itu, menurut Yannes, insentif untuk LCGC menjadi penting. LCGC masih menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil di Indonesia, ia menilai perlunya insentif terbatas khusus untuk segmen ini hingga akhir 2025.

“Mengingat LCGC ICE menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil, pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian insentif terbatas khusus untuk mobil LCGC hingga akhir tahun 2025 sambil terus mengevaluasi respons pasar,” kata Yannes.

Baca juga: Gaikindo: Indonesia masih menjadi raja di kawasan ASEAN

Diketahui, pasar mobil murah ramah lingkungan, atau biasa dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC), masih menunjukkan tren penurunan pada paruh pertama 2025.

Berdasarkan data Gaikindo, total penjualan LCGC sepanjang Januari – Juni 2025 hanya mencapai 64.063 unit. Angka ini turun cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 89.928 unit.

Baca juga: Pejabat Gaikindo berharap pengunjung GIIAS 2025 tidak hanya “rojali”

Baca juga: Mitsubishi Destinator laku ribuan unit dalam hitungan hari

Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

pagi kerja jadi kang bengkel malam pesta wild mahjong ways 2 cuan rp 38 juta sekejap matakena scatter pulas di game mahjong wins 3 kernet angkot ini mendadak hadiahkan parfum ysl ke gebetannyangerasa bosen jaga warnet sepi semalaman pakai akun vip mahjong wins pak cahyo sukses jp 1 nmaxpromosi responsif bonus mahjong wins pemberian tambahan modalteknik ringan maxwin mahjong pak masyur untung 87 jutaslot gacor