Gaya Hidup

Risiko dan efek samping obat tidur: Kenali bahayanya sebelum konsumsi

×

Risiko dan efek samping obat tidur: Kenali bahayanya sebelum konsumsi

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Obat tidur kerap menjadi solusi cepat bagi sebagian orang yang mengalami gangguan tidur, khususnya insomnia. Namun, penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan. Tanpa resep dan pengawasan dokter, konsumsi obat tidur justru dapat menimbulkan risiko kesehatan dan efek samping lainnya, termasuk gangguan fungsi otak.

Obat tidur merupakan kelompok obat yang dirancang untuk mengatasi gangguan tidur dalam jangka pendek. Obat ini bekerja dengan cara menenangkan sistem saraf pusat, sehingga memudahkan seseorang untuk tertidur.

Terdapat dua kelompok utama obat tidur, yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine. Obat tidur jenis benzodiazepine berfungsi sebagai penenang sistem saraf, sementara non-benzodiazepine bekerja untuk meningkatkan kualitas tidur dengan efek samping yang lebih minimal.

Baca juga: Penggunaan obat tidur melatonin berlebihan bisa berbahaya

Meskipun terbukti efektif dalam membantu seseorang tertidur, obat tidur bukanlah solusi utama. Dokter umumnya akan terlebih dahulu menyarankan pasien untuk menerapkan metode non-farmakologis seperti sleep hygiene, relaksasi, yoga, dan olahraga rutin.

Apabila upaya tersebut tidak membuahkan hasil, barulah dokter akan mempertimbangkan penggunaan obat tidur setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk sleep study.

Risiko, efek samping dan ketergantungan

Penggunaan obat tidur yang tidak sesuai anjuran medis berisiko menimbulkan sejumlah efek samping. Di antaranya adalah rasa pusing, bingung, sulit berkonsentrasi, serta gangguan memori pada keesokan harinya. Dalam jangka panjang, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan tubuh terbiasa dengan dosis tertentu, sehingga pengguna merasa perlu meningkatkan dosis untuk mendapatkan efek yang sama. Hal ini berujung pada ketergantungan yang sulit dihentikan.

Baca juga: Cara mengatasi “food noise” tanpa menggunakan obat

Ketika seseorang mencoba menghentikan konsumsi obat tidur secara tiba-tiba, tubuh dapat mengalami reaksi putus obat seperti gemetar, berkeringat, mual, hingga kecemasan berlebih. Selain itu, obat tidur juga dapat berinteraksi negatif dengan obat-obatan lain, seperti obat demam atau penghilang rasa sakit, yang berpotensi memperparah efek samping.

Dalam beberapa kasus, penggunaan obat tidur dapat memicu reaksi alergi, meski tergolong jarang. Reaksi tersebut dapat berupa ruam, sesak napas, bahkan anafilaksis. Lebih lanjut, efek samping lain yang mungkin terjadi adalah parasomnia, yaitu kondisi di mana seseorang melakukan aktivitas seperti berjalan, makan, atau membuka pintu dalam keadaan tertidur tanpa sadar.

Obat bukan solusi permanen

Perlu dipahami bahwa obat tidur tidak menyembuhkan gangguan tidur secara menyeluruh. Penggunaan jangka panjang hanya akan memperburuk kondisi dan menjauhkan individu dari kemampuan untuk tidur secara alami.

Di sisi lain, masalah tidur yang berkepanjangan juga dapat menjadi gejala dari gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, yang seharusnya ditangani dengan pendekatan psikologis atau terapi medis yang lebih komprehensif.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tidak menjadikan obat tidur sebagai satu-satunya jalan keluar dari masalah tidur. Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan profesional merupakan langkah terbaik untuk menentukan penyebab gangguan tidur dan penanganannya secara aman dan tepat.

Baca juga: Obat tidur dapat sebabkan mimpi buruk dan peningkatan berat badan

Baca juga: 5 obat insomnia tanpa resep dokter, bisa beli di apotek!

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *