Jakarta (ANTARA) – Tidur bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga bagian dari ibadah jika dilakukan sesuai tuntunan agama. Dalam Islam, waktu tidur ternyata memiliki nilai tersendiri ada waktu yang dianjurkan karena membawa manfaat, dan ada pula waktu yang sebaiknya dihindari karena bisa berdampak buruk, baik secara spiritual maupun kesehatan.
Mengetahui kapan waktu tidur yang disunnahkan dan yang dimakruhkan bisa membantu kita menjalani hidup yang lebih seimbang, sesuai dengan ajaran agama Islam, untuk itu simak penjelasannya berikut ini yang telah dihimpun dari situs resmi Nu online dan berbagai sumber lainnya.
Waktu yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam Islam
Tidur merupakan cara paling efektif untuk mengistirahatkan tubuh setelah seharian penuh menjalani aktivitas. Meski terlihat pasif, tidur memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan fisik maupun mental.
Oleh sebab itu, Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga waktu tidur, idealnya antara 6 hingga 8 jam per hari, dan menyempatkan tidur sejenak di siang hari yang dikenal dengan istilah qailulah.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (QS Ar-Rum: 23)
Waktu yang dianjurkan untuk tidur dalam Islam
Berikut ini beberapa waktu tidur yang disarankan dalam Islam:
1. Tidur siang (Qailulah)
Dalam ajaran Islam, tidur siang atau qailulah termasuk salah satu kebiasaan yang dianjurkan. Qailulah merujuk pada tidur singkat yang biasanya dilakukan menjelang waktu Dzuhur.
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dikenal membiasakan qailulah untuk menyegarkan tubuh serta meningkatkan daya fokus. Rasulullah SAW bersabda: “Lakukanlah qailulah, karena setan tidak melakukan qailulah.” (HR. Thabrani).
Hadis ini menunjukkan bahwa tidur siang memiliki nilai lebih dalam pandangan Islam, tidak hanya karena manfaatnya bagi tubuh, tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga semangat ibadah.
Tidur sejenak di siang hari ini dikenal mampu meningkatkan konsentrasi, memperbaiki suasana hati, serta menambah produktivitas. Menjadikan qailulah sebagai rutinitas ringan bisa membantu umat Muslim lebih bertenaga dalam menjalankan aktivitas harian.
Namun demikian, qailulah tidak dianjurkan dilakukan terlalu lama. Jika waktunya berlebihan, justru bisa mengganggu kualitas tidur malam dan membuat tubuh terasa lesu. Karena itu, menjaga durasi qailulah agar tetap singkat dan proporsional merupakan bagian penting dari kebiasaan tidur sehat yang dicontohkan dalam Islam.
2. Tidur malam setelah Isya
Salah satu waktu tidur yang dianggap baik dalam Islam adalah setelah menunaikan shalat Isya. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk tidak banyak begadang dan segera tidur usai Isya, agar dapat bangun lebih awal untuk melaksanakan ibadah malam seperti tahajud maupun salat Subuh.
Dalam sebuah hadis disebutkan: “Sesungguhnya Nabi SAW membenci tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari sabda ini, kita dapat memahami bahwa tidur setelah Isya adalah waktu istirahat yang ideal menurut Islam, sekaligus menghindarkan kita dari kegiatan malam yang tidak mendatangkan manfaat.
Tidur lebih awal di malam hari memberi tubuh kesempatan beristirahat dengan maksimal. Selain itu, hal ini memudahkan seseorang untuk bangun di akhir malam guna menunaikan ibadah tambahan, yang pahalanya sangat besar.
Baca juga: Mengapa doa tidak kunjung terkabul? Ini penyebabnya menurut syariat
Tidur yang tidak dianjurkan dalam Islam
1. Tidur setelah Subuh hingga matahari terbit
Salah satu waktu yang sebaiknya dihindari untuk tidur adalah sesaat setelah shalat Subuh hingga matahari terbit. Dalam Islam, waktu pagi ini diyakini sebagai momen turunnya keberkahan, baik dalam hal rezeki maupun umur.
Mereka yang tidur pada waktu tersebut dikhawatirkan akan kehilangan limpahan keberkahan yang semestinya bisa diperoleh. Habib Zain bin Smith menjelaskan:
النوم بعد الصبح يذهب بركة الرزق والعمر لأن بركة هذه الأمة فى البكور وهو بعد صلاة الفجر إلى طلوع الشمس
Artinya: Tidur setelah Subuh menghilangkan berkah rezeki dan berkah umur, sebab berkahnya umat ini ada di waktu pagi, yakni waktu setelah shalat Subuh sampai terbitnya matahari (Habib Zain bin Smith, Fawaid al-Mukhtarah, hlm. 590).
Karena itu, menjaga waktu pagi dengan aktivitas yang bermanfaat sangat dianjurkan, agar tidak terlewat dari keberkahan yang Allah SWT janjikan.
Baca juga: 6 larangan di bulan Muharram menurut Islam
2. Tidur setelah masuk waktu Ashar
Tidur setelah waktu Ashar juga termasuk waktu yang sebaiknya dihindari. Tidur pada saat ini disebut-sebut dapat berdampak negatif pada kondisi mental atau daya pikir seseorang. Dalam salah satu hadis disebutkan:
مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
Artinya: Barang siapa tidur setelah waktu Ashar, lalu hilang akalnya, maka jangan pernah salahkan kecuali pada dirinya sendiri (HR Ad-Dailami).
Meskipun para ulama menilai hadis ini berstatus dhaif (lemah), namun tetap dapat dijadikan anjuran dalam ranah fadla’il al-a’mal (amal-amal utama). Maka, menjaga agar tidak tidur di waktu ini dianggap lebih baik untuk menjaga kejernihan pikiran dan semangat beraktivitas.
3. Tidur sebelum menunaikan shalat Isya
Tidur sebelum melaksanakan shalat Isya juga merupakan kebiasaan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak menyukai kebiasaan tidur sebelum Isya, maupun menghabiskan waktu dengan percakapan setelahnya:
كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ العِشَاءِ وَالحَدِيثَ بَعْدَهَا
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah tidak senang tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelah shalat Isya (HR al-Bukhari).
Alasannya, karena tidur sebelum menunaikan shalat Isya dapat menyebabkan seseorang melewatkan waktu shalat akibat tertidur terlalu lama. Apalagi, kebiasaan sebagian orang adalah langsung tidur di malam hari tanpa menunaikan shalat Isya terlebih dahulu. Karena itu, menyegerakan shalat Isya sebelum tidur menjadi bagian penting dari etika tidur dalam Islam.
Baca juga: Perbedaan infak dan sedekah menurut syariat Islam
Baca juga: Hukum talak lewat chat: Sah atau tidak menurut Islam dan hukum negara?
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.